3 Faktor Penyebab Perubahan Biodiversitas Genetik, Spesies, dan Ekosistem

 

Penurunan mutu dan jumlah keanekaragaman hayati (KH) serta dampaknya terhadap keadaan fisik dan sosio-ekonomik merupakan indikasi terhadap kebutuhan mendesak terhadap perencanaan dan pengelolaan terintegrasi di Indonesia.

kawasan Asia Pasifik memiliki kekayaan 28 persen spesies akuatik (perairan tawar dan laut) dunia, 37 persen telah dinyatakan terancam. Akibatnya, stok sumber keanekaragaman hayati dan fungsi-fungsi ekosistem untuk mendukung penyediaan pangan, air dan udara bersih, dan pengendalian kesehatan akan terancam. Di Asia Tenggara, sekitar 13 persen hutan hilang dalam 25 tahun terakhir dan sekitar 25 spesies endemik terancam punah. Apabila kerusakan ekosistem terus berlangsung, diprediksi 29 persen spesies burung dan 24 persen mamalia akan punah dalam beberapa tahun ke depan dan 45 persen kehati akan punah dalam tahun 2050.

 

 

 

Faktor penyebab perubahan Biodiversitar genetik, spesies, dan ekosistem

Adapun 3 faktor penyebab perubahan Biodiversitar genetik, spesies, dan ekosistem, yaitu:

1.  Perubahan Biodiversita genetik pada ikan lemuru di wilayah perairan Indonesia terjadi Karena kebutuhan akan ikan lemuru (Sardinella lemuru) yang tinggi menyebabkan tingginya angka penangkapan komoditas ini di perairain, sehingga dapat menyebabkan resiko penurunan jumlah populasi dialam.

2.   Perubahan Biodiversitas spesies pada jenis moluska di wilayah mangrove pesisir Kelurahan Teluk Uma terjadi Ekosistem mangrove merupakan salah satu habitat untuk kelompok moluska, ditemukan beberapa jenis mangrove dan kondisi ekosistem mangrove yang ada tidak rapat dan padat. Penutupan mangrove pun tidak begitu menutupi wilayah pesisir Kelurahan Teluk Uma karena dampak dari penimbunan.

Sedangkan pada Ikan Air Tawar di Sungai Sa’ua Penyebaran ikan yang ditemukan tidak merata akibat kondisi sungai yang semakin memburuk akibat pencemaran dan penambangan yang dilakukan di beberapa titik sungai yang melewati pemukiman warga.

3.  Perubahan Biodiversitas ekosistem pada penebangan dan eksploitasi pada hutan mangrove di Kecamatan Concong Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau karena kurangnya perhatian masyarakat dan pemerintah dalam pengelolaan vegetasi mangrove mengakibatkan penurunan biodiversitas vegetasi mangrove bahkan dapat megakibatkan kepunahan bagi beberapa jenis yang biasa dimanfaatkan. Luas area mangrove sebagai penahan ombak semakin sedikit dan berkurang.

Sedangkan pada sampah anorganik pada ekosistem mangrove desa Talawaan Bajo terjadi karena bahan pencemar yang membawa berbagai macam bahan pencemar yang berasal dari daratan. Oleh karena itu, pada ekosistem mangrove akan mudah dijumpai berbagai jenis bahan pencemar yang berasal dari kegiatan industri.

 

Solusi

Solusi dari perubahan Biodiversitas genetik, spesies, dan ekosistem yaitu dengan tidak merusak, mengubah maupun mengganggu serta menjaga keseimbangan keanekaragaman genetik, spesies, dan ekosistem. Seperti menjaga kualitas air sungai, mencegah pencemaran lingkungan, tidak menebang hutan, menanam bibit mangrove dan masih banyak lagi agar keseimbangan tetap ada.

 

Referensi:

BAPPENAS. (2004). Wilayah Kritis Keanekaragaman Hayati Di Indonesia. 77. https://doi.org/10.2147/DHPS.S74410

Hendiari, I. G. A. D., Sartimbul, A., Arthana, I. W., & Kartika, G. R. A. (2020). Keragaman genetik ikan lemuru (Sardinella lemuru) di wilayah perairan Indonesia. Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal, 7(1), 28. https://doi.org/10.29103/aa.v7i1.2405

Irma, W., Atmaja, A. T., & Aris, M. (2020). Biodiversitas Vegetasi Mangrove di Kecamatan Concong Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau. 37(2), 85–90. https://doi.org/10.20884/1.mib.2020.37.2.1200

Kahar, M. G., Schadaw,  joshlan N. ., & Rumampuk, N. D. . (2020). MANGROVE DESA TALAWAAN BAJO KECAMATAN WORI KABUPATEN MINAHASA UTARA Ekositem Mangrove merupakan tempat. 8.

Lipi. (2019). Krisis Keanekaragaman Hayati Butuh Perhatian Pemerintah. http:??lipi.go.id/lipimedia/krisis-keanekaragaman-hayati-butuh-perhatian-pemerintah/20311

MenLHK. (2003). Keanekaragaman Hayati Untuk Keberlanjutan Kehidupan Manusia. http://perpustakaan.menlhk.go.id/pustaka/home/index.php?page=ebook&code+ka&view+yes&id+1

Nusifera, S., Alia, Y., Lestari, A. P., & Maulana, M. (2020). AGROSAINSTEK Diversitas Genetik Populasi Padi ( Oryza sativa L .) Payo di Genetic Diversity of Payo ( Oryza sativa L .) Local Rice Population in Kerinci Regency Jambi Province Based on Morphological Markers. 4(1), 61–69.

Piter, Y., Ziraluo, B., Sungai, K., Peraturan, D., & Republik, P. (2020). BIODIVERSITAS IKAN AIR TAWAR SEBAGAI INDIKATOR KESEHATAN SUNGAI SA ’ UA. 8(3), 110–111.

Rachman. B, A., & Arianti, N. D. (2020). Keanekaragaman Jenis Moluska Di Wilayah Mangrove Pesisir Kelurahan Teluk Uma Kabupaten Karimun. Jurnal Maritim Universitas Karimun, 1(2), 80–86. https://doi.org/https://doi.org/10.1234/ojsm.v1i2.79

Komentar

Postingan Populer